Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

About

Wi-Fi 7 dan Menara Internet Terbang jadi Senjata Baru Telkom Salip Kecepatan Starlink


Telkom, lewat anak usahanya yaitu Telkomsel dan Mitratel (PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk), sedang siap-siap meluncurkan 'senjata' baru untuk menandingi kecepatan internet Starlink. Senjata mereka adalah Wi-Fi 7 dan menara internet terbang alias flying tower system.


Mitratel sedang mengembangkan menara internet terbang ini dengan teknologi HAPS (High Altitude Platform Station) buatan anak perusahaan Airbus, AALTO HAPS Ltd. Menurut laman resmi AALTO, latensi atau delay transmisi data HAPS ini hanya lima sampai 10 milidetik. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan satelit geostasioner (GEO) yang latensinya lebih dari 600 milidetik, atau satelit Low Earth Orbit (LEO) yang lebih dari 50 milidetik. Starlink sendiri menggunakan satelit LEO untuk layanannya.


Buat yang belum tahu, latensi itu beda sama buffering. Contoh latensi adalah jeda waktu dari saat kita mengeklik link sampai halaman web terbuka.


Tapi, menurut Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko, mereka belum melakukan uji coba terkait kecepatan internet dari flying tower system ini. “Di Afrika sudah diuji coba, tapi belum terintegrasi dengan internet gateway,” katanya saat media gathering di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Senin malam (5/8). “Kami masih menjajaki dan melakukan bersama.”


Mitratel juga masih harus berdiskusi dengan pemerintah tentang regulasi pemanfaatan menara internet terbang ini, karena HAPS atau pesawat tanpa awak ini terbang di atas lalu lintas udara konvensional di stratosfer. Stratosfer adalah lapisan atmosfer yang berada di atas troposfer dan di bawah mesosfer, dengan ketinggian sekitar 10-15 kilometer di atas permukaan laut dan membentang hingga sekitar 50 kilometer.


“Kami akan berdiskusi lagi dengan pemerintah soal regulasi, karena ini ada di jalur naik turunnya pesawat,” tambah Direktur Bisnis Mitratel, Agus Winarno. Agus juga mengatakan bahwa sistem flying tower ini bisa menjangkau hingga radius 200 kilometer. Mitratel akan mengkaji efisiensi biaya penggunaan menara internet terbang ini dibandingkan menara internet base transceiver station (BTS).


Sementara itu, Direktur Investasi Mitratel, Hendra Purnama, mengatakan bahwa perusahaan menargetkan riset dan pengembangan HAPS pada tahun 2025, dan diharapkan bisa komersial pada tahun 2026.


Sebelumnya, Telkomsel secara resmi menyelesaikan validasi teknologi Wi-Fi 7 pada awal Juni (6/6) yang diklaim bisa mengalahkan kecepatan internet Starlink. Wi-Fi 7 adalah generasi terbaru dari standar Wi-Fi yang dikembangkan oleh IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers), dan dikenal juga dengan nama IEEE 802.11be.


Dalam uji coba oleh Telkomsel menggunakan perangkat Low Power Indoor (LPI), Wi-Fi 7 menunjukkan kinerja dan stabilitas yang sangat baik, bahkan melampaui ekspektasi. Kecepatan internet menggunakan Wi-Fi 7 oleh Telkomsel mencapai 10 Gigabit per detik (Gbps), jauh lebih cepat dibandingkan Starlink yang diuji coba oleh warganet di Bandung Barat dengan kecepatan mencapai 360 Megabit per detik (Mbps), dan rata-rata 250 Mbps.


Vice President Technology Strategy and Consumer Product Innovation Telkomsel, Ronald Limoa, belum merinci apakah mereka akan meluncurkan produk baru dengan adanya teknologi Wi-Fi 7 atau tidak. BUMN ini menyediakan berbagai layanan mobile broadband seperti Telkomsel, Simpati, Kartu As, dan Loop, serta fixed broadband seperti Orbit dan IndiHome.


Menurut Wired, Wi-Fi 7 kompatibel dengan perangkat lama. Namun, untuk memanfaatkan fitur-fitur baru dan peningkatan kinerja yang dijanjikan, perlu memperbarui perangkat. Ini berarti harus membeli router dan titik akses baru, serta ponsel pintar, laptop, TV, dan sebagainya.

Posting Komentar untuk "Wi-Fi 7 dan Menara Internet Terbang jadi Senjata Baru Telkom Salip Kecepatan Starlink"