Puasa 10 Hari sebelum Idul Adha: Niat, Keutamaan, dan Kapan Diamalkannya
Puasa 10 hari sebelum Idul Adha dilakukan pada hari-hari pertama di bulan Dzulhijjah. Puasa sunnah ini dilakukan di luar waktu Idul Adha pada 10 Dzulhijjah.
Landasan amalan sunnah ini didasarkan dari salah satu riwayat hadits yang dikisahkan oleh Hafshah bin Umar bin Khattab RA. Puasa di bulan Dzulhijjah bahkan disebut sebagai amalan yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah SAW,
عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامَ عَاشُورَاءَ وَالْعَشْرَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ
Artinya: Dari Hafshah RA, ia berkata, "Ada empat hal yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah SAW yaitu, puasa Asyura, puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, puasa tiga hari setiap bulan, dan dua rakaat sebelum Subuh." (HR Ahmad dan An Nasa'i)
Menurut Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adilatuhu Jilid 3, puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah tersebut merujuk pada puasa sunnah pada hari-hari pertama bulan Dzuhijjah. Puasa ini diamalkan sebanyak 8 hari termasuk dengan puasa Tarwiyah pada 8 Dzulhijjah dan dilanjutkan dengan puasa Arafah pada 9 Dzulhijjah.
"Puasa 8 hari sebelum hari Arafah pada bulan Dzulhijjah, bagi pelaksana haji maupun orang lain," tulis buku tersebut.
Senada dengan itu, Abduh Zulfidar Akaha dalam buku 165 Kebiasaan Nabi SAW berpendapat, puasa sepuluh hari bulan Dzulhijjah yang dimaksud adalah puasa sunnah selama sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Termasuk mencakup puasa Arafah pada 9 Dzulhijjah, tetapi di luar hari Idul Adha pada 10 Dzulhijjah.
Tidak berpuasa pada hari Idul Adha merujuk pada ajaran Rasulullah SAW yang melarang untuk berpuasa pada dua hari raya. Hal ini diterangkan dalam hadits riwayat Muslim yang dikabarkab oleh Abu Sa'id Al Khudri RA. Ia berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ يَوْمِ الْفِطْرِ وَيَوْمِ النَّحْرِ.
Artinya: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang berpuasa pada dua hari yaitu Idul Fitri dan Idul Adha." (HR Muslim)
Keutamaan Puasa 10 Hari sebelum Idul Adha
Mengutip Kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al Ghazali, sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah adalah hari amal sholeh yang sangat dicintai Allah SWT. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA yang berbunyi sebagai berikut.
"Tidak ada hari yang amal sholeh, lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari yang sepuluh ini (10 hari pertama bulan Dzulhijjah).' Sesungguhnya berpuasa satu hari di dalamnya membandingi berpuasa satu tahun. Melakukan Sholat malam di dalamnya membandingi sholat malam pada malam Lailatul Qadar. Salah seorang sahabat bertanya 'Apakah lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah?' Beliau bersabda, 'Iya. Lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan harta dan jiwa raganya kemudian dia tidak pernah kembali lagi (mati syahid)'." (HR At Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah juga disebutkan dalam hadits lainnya, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari Asyura (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, awal bulan di hari Senin dan Kamis." (HR Abu Daud).
Untuk meraih keutamaan tersebut, puasa 10 hari sebelum Idul Adha juga perlu diamalkan dengan tata cara yang tepat, termasuk membaca niat sebelum berpuasa.
Puasa 10 hari sebelum Idul Adha terdiri dari puasa Dzulhijjah, puasa Tarwiyah, dan puasa Arafah. Berikut bacaan niat yang dapat dilafalkan sebelum mengamalkan puasa sunnah tersebut.
Niat Puasa 10 Hari sebelum Idul Adha
1. Niat Puasa Dzulhijjah dan Tarwiyah dalam Arab, Latin, dan Artinya
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Bacaan latin: Nawaitu shouma syahri dzil hijjah sunnatan lillahi ta'ala
Artinya: "Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah Ta'ala."
2. Niat Puasa Arafah dalam Arab, Latin, dan Artinya
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِّلِه تَعَالَى
Bacaan latin: Nawaitu shouma arafata sunnatan lillahi ta'ala
Artinya: "Saya niat puasa sunah Arafah karena Allah Ta'ala.
Niat puasa Dzulhijjah dapat dilafalkan pada pagi atau siang hari setelah waktu fajar selama belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Keterangan ini didasarkan dari keterangan hadits yang diceritakan Aisyah RA,
هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ غَدَاء ؟ فقُالْنَا: لاَ. قَالَ: فَإِنيِّ إِذاً صَائِم
Artinya: "Nabi SAW masuk kepadaku pada suatu hari dan beliau bertanya, 'Apakah ada sesuatu padamu (makanan yang bisa dimakan)? Aku menjawab, 'Tidak ada,' Beliau berkata, 'Maka sesungguhnya aku puasa.'" (HR Muslim)
Puasa sunnah ini diamalkan selama 8 hari, termasuk dengan puasa Tarwiyah pada 8 Dzulhijjah. Kemudian, puasa dilanjutkan dengan puasa Arafah pada 9 Dzulhijjah.
Namun, kesepakatan pelaksanaan puasa 10 hari sebelum Idul Adha dalam sistem penanggalan Masehi masih perlu menanti keputusan hasil sidang isbat awal Dzulhijjah yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) pada Minggu, 18 Juni 2023.
Meski demikian, PP Muhammadiyah telah lebih dulu mengeluarkan Maklumat Muhammadiyah tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah 1444 Hijriah. Menurut maklumat tersebut, puasa 10 hari sebelum Idul Adha dimulai pada 19 Juni 2023 dan diakhiri dengan puasa Arafah pada 27 Juni 2023 mendatang.
sumber : detik.com
Posting Komentar untuk "Puasa 10 Hari sebelum Idul Adha: Niat, Keutamaan, dan Kapan Diamalkannya"